Rabu, 26 September 2012

SEJARAH DAN PENGERTIAN PERPUSTAKAAN


PENGERTIAN DAN SEJARAH PERPUSTAKAAN
Sejarah perpustakaan :
          Perpustakaan (Indonesia): pustaka
          Library (Inggris) : liber, libri (Latin)-> librari us
          Bibliotheek ( Bld);  bibliothek (Jrm); bibliotheque (Prc); bibliotheca ( Spy, Prtg), Bible : biblia ( Yunani)

Sejarah perpustakaan :
          Tempat koleksi buku
          Tempat mencari informasi
          Sistem peminjaman buku

Perbedaan dan persamaan perpustakaan dengan toko buku :
          Dipinjam vs dipinjamkan
          Kadang-kadang tidak bisa di baca -> di toko buku

Sejarah perpustakaan  :
          Manusia purba : batu-batuan, lempengan tanah liat, papyrus (rumput), daun lontar, parkamen, vellum ( kulit binatang)
          Sumeria dan Babylonia
      Perpustakaan kerajaan ( rekening, jaudal kegiatan, IP )
      Lempengan tanah liat ( pictograph -> cuneiform)
      Raja Ashurbanipal dari Assyria ( 668-626 SM) – ibukota Nineveh
      Sistem subyek dan tanda pengenal pada tempat penyimpanan
      Terbuka untuk anggota kerajaan
          Mesir
      Rumput papirus
      Kuil karena hanya pendeta yang mengerti tulisan hieroglyph ( pengumuman resmi, agama, filsafat, sejarah, IP)
      Raja Khufu, Khafre, Rameses II (1200 SM)
      Perpustakaan raja Rameses II : Sekitar 20.000 buku

Sejarah perpustakaan  :
          Yunani
      Cikal bakal alphabet
      Perpustakaan berkembang di masa Raja Pericles ( 5 SM)
      Aristoteles orang I -> pustakawan
      Alexander Agung ->
          Perpustakaan I : Alexandria – Mesir : 200.000 > 700.000 gulungan papyrus ( pustakawan : ilmuwan ulung)
           Pergamun di Asia Kecil : 100.000 gulungan papyrus, parchmen/parkamen
          Roma
      Perpustakaan pribadi -> untuk umum
      Codex ( kumpulan parkamen)
      Roma jatuh -> tinggal perpustakaan biara
          Byzantium
      Perpustakaan kerajaan, perpustakaan gereja

Sejarah perpustakaan :
          Arab: ( penyebaran agama islam)
      Baghdad : perpustakaan mesjid dan lembaga pendidikan
      Kota Shiraz : katalog berdasarkan tempat
          Renaissance
      Perpustakaan biara dan universitas

 Sejarah perpustakaan di Indonesia :
          Zaman kerajaan lokal
      Tidak jelas hanya berdasarkan asumsi  (budaya lisan)
          Zaman Hindia Belanda
      Perpustakaan tertua: perpustakaan gereja di Batavia thn 1624 -> perawat rumah sakit
          1778: perpustakaan khusus Bataviaasche Genootschap van Kunsten en Wetenschappen ( mengeluarkan katalog buku)
          Berubah menjadi Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen
          1950-> Lembaga Kebudayaan Indonesia
          1962 -> Perpustakaan Museum Pusat -> Museum Nasional
          1980 -> Pusat Pembinaan Perpustakaan
          1989 -> Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
      Perpustakaan khusus lain ( perkebunan dsb.)
      Perpustakaan rakyat : volksbibliotheek -> murid, guru , rakyat setempat
      1910: OPENBARE LEESZALEN ( swasta/gereja katolik) : ruang baca umum, cuman-cuma
      Perpustakaan sekolah tinggi: Stovia, Teechnische hoogeschool, Bandung dll
      Huurbibliotheek : perpustakaan sewa
      Perpustakaan kraton Mangkunegoro, perpustakaan Radyo Pustoko: naskah kuno, baca ditempat.

Sejarah perpustakaan Indonesia :
          Zaman Jepang
      Perpustakaan sekolah dan perpustakaan umum ditutup
          Zaman Republik Indonesia
      Perpustakaan perguruan tinggi mendapat perhatian dari Dikti -> Satgas Pengembangan Perpustakaan Perguruan Tinggi
      Library Automation
      Digital Library

Tujuan, Fungsi dan peranan perpustakaan :
          pelestarian
          Penelitian
          Informasi
          pendidikan
          budaya
          Rekreasi

Rabu, 19 September 2012

CARA MENGELOLA PERPUSTAKAAN


17 Langkah Mengelola Perpustakaan Pribadi
Seorang pecinta buku terkadang tidak sadar kalau koleksinya sudah semakin banyak. Tahu-tahu koleksi bukunya tercecer di mana-mana. Rak penyimpanannya sudah tidak cukup lagi menampung.

Bukan hanya itu, saking banyaknya buku, dia kesulitan mencari sebuah buku yang sedang dibutuhkan. Yang parah adalah kalau kebetulan dia seorang yang murah hati dalam meminjamkan buku kepada teman-teman. Terkadang lupa mencatat siapa yang meminjam atau kalau pun mencatat tapi hilang. Kalau sudah begini, nampaknya dia harus sudah mulai berpikir untuk memperlakukan koleksi bukunya itu seperti layaknya di perpustakaan.
Jangan berpikir sulit dulu. Mari kita mengadaptasi sistem perpustakaan menjadi lebih sederhana untuk perpustakaan di rumah. Hanya butuh meluangkan waktu dan menyediakan tempat penyimpanan (rak) sebagai modal awal.
Sebelum memutuskan untuk mengelola buku-buku, hal paling dasar yang harus dipastikan adalah “apakah Anda benar-benar ingin memiliki perpustakaan pribadi?”. Ingat bahwa mengelola mengakibatkan konsekuensi tertentu, terutama waktu dan konsistensi. Pilihan lain apabila Anda malas mengelola namun ingin koleksi buku Anda tetap bermanfaat adalah dengan menyumbangkannya ke perpustakaan atau taman bacaan terdekat.
Perlu diketahui bahwa mengelola perpustakaan pribadi tidak harus sama dengan perpustakaan umum. Jadi tidak perlu berkecil hati karena tidak punya keahlian khusus seperti pustakawan. Inti dari pengelolaan perpustakaan pribadi adalah buku tertata dengan rapih, terkelompokkan, mudah dicari, dan tercatat. Berikut beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mewujudkannya:
  1. Mulailah dengan memisahkan buku fiksi dan non fiksi. Artinya Anda perlu menyediakan setidaknya dua rak terpisah untuk koleksi ini terlebih dahulu.
  2. Penyusunan buku di perpustakaan pada dasarnya untuk memudahkan pencarian. Pikirkan tentang bagaimana kebiasaaan Anda dalam mencari buku. Apakah berdasarkan judul, pengarang, tema, abjad, tahun, tema, atau kejadian khusus.
  3. Umumnya, buku fiksi di perpustakaan disusun berdasarkan nama pengarang, namun Anda bisa mengurutkannya berdasarkan judul apabila dirasa lebih nyaman. Susunlah berdasarkan urutan abjad dari A hingga Z.
  4. Susun dan pisahkan buku fiksi dalam beberapa kelompok. Misalnya rak tingkat I untuk kelompok abjad A-D, tingkat 2 untuk kelompok abjad E-G, dan seterusnya.
  1. Buku non fiksi biasanya disusun berdasarkan subyek (tema). Mengingat koleksi perpustakaan pribadi sangat bergantung kesukaan, maka pasti ada subyek buku tertentu yang jumlahnya lebih banyak ketimbang yang lain. Pikirkan apakah Anda membutuhkan tema buku itu dipisahkan untuk memudahkan pencarian nanti.
  2. Kalau Anda bingung mengelompokkan dengan gaya sendiri,  Anda bisa mengadopsi klasifikasi umum yang digunakan perpustakaan yaitu Dewey Decimal Classification (DDC). Dengan menggunakan DDC berarti koleksi non fiksi akan dipisahkan dalam 10 kelompok yaitu: Karya Umum, Filsafat dan Psikologi, Agama, Ilmu Sosial, Bahasa, Ilmu Alam, Ilmu Terapan, Seni dan Olahraga, Kesusatraan, Sejarah dan Geografi.
  3. Kalau Anda merasa ada satu tema dari sistem klasifikasi DDC yang tidak Anda butuhkan. Anda dapat menggantinya dengan tema lain.
  4. Sama halnya dengan buku fiksi, susunan buku untuk masing-masing kelompok harus dipisahkan. Buku dalam setiap kelompok dijajarkan berdasarkan nama pengarang atau judul (sesuai aturan yang anda tentukan). Urutkan berdasarkan abjad A hingga Z.
  5. Buat dan tempelkan tanda pada masing-masing kelompok di rak, baik buku fiksi maupun non fiksi agar mudah mengidentifikasi kemana Anda harus menyimpan satu buku setelah dibaca atau keluar dari raknya.

  1. Untuk buku-buku koleksi bertema khusus akan sangat berguna apabila diletakan di tempat di mana buku tersebut banyak digunakan. Misalnya buku tentang memasak diberikan rak khusus di dapur.

  1. Buku anak-anak sebaiknya dipisahkan dari koleksi buku dewasa. Bukan hanya karena isinya, melainkan demi mencegah robeknya buku kesayangan Anda.

  1. Simpan buku dengan posisi punggung buku di depan. Sebaiknya ditahan juga dengan penahan buku juga untuk menguatkan. Hindari cahaya matahari langsung atau lokasi yang terlalu lembab untuk menjaga kualitas kertas.
  2. Catat data koleksi Anda dalam format excell agar bisa selalu di-update, di-backup dan dicetak. Data minimal yang harus dimasukan antara lain: Judul Buku, Pengarang, Ilustrator, Penerbit, Tahun Terbit, Kota Terbit, Jumlah Halaman.
  3. Buat juga data peminjaman apabila Anda orang yang baik hati dalam meminjamkan buku. Data yang harus dimasukan diantaranya: Tanggal peminjaman, Nama Peminjam, No kotak / email, Judul Buku, dan Pengarang.
  4. Anda juga dapat menggunakan software gratis untuk database perpustakaan seperti Athenaeum atau Senayan apabila ingin data buku dan peminjaman terintegrasi. Silakan unduh di websitenya. Namun tentu perlu mempelajarinya terlebih dahulu sebelum menggunakan. Baca buku petunjuknya atau ikuti workshopnya.
  5. Di perpustakaan buku-buku diberi label khusus di punggungnya. Ini disebut nomor panggil, gunanya untuk membantu pencarian. Untuk perpustakaan pribadi yang koleksinya di bawah 1000, rasanya tidak perlu menggunakan nomor panggil. Asal konsisten dalam merapihkan buku-buku ke tempatnya sesuai aturan susunan yang Anda tentukan sebelumnya, pasti buku akan lebih mudah dicari.
  6. Apabila Anda ngotot untuk tetap memberi label nomor panggil pada buku-buku Anda. Pastikan Anda punya cukup banyak waktu dan tenaga untuk melakukannya. Kalau tidak, silakan meminta jasa pengolahan koleksi, tentunya dengan bayaran tertentu.
Selamat Mencoba…

Senin, 17 September 2012

MENGELOLA PERPUSTAKAAN DENGAN BAIK


Mengelola Perpustakaan dengan Baik


   Langkah kreatif Perpustakaan dan Arsip Daerah (Perpusda) Karanganyar memberdayakan perpustakaan desa (perpusdes) di wilayahnya, pantas disambut positif. Jadi dalam hal tersebut Perpusda Karanganyar  memiliki kepedulian terhadap pertumbuhan perpusdes, sekaligus mendorong tumbuhnya budaya baca di masyarakat.
 Guna merangsang pengelola perpusdes, Perpusda Karanganyar melakukan kegiatan rutin berupa lomba. Melalui lomba itu, diharapkan muncul terobosan atau ide-ide kreatif dari setiap perpusdes, sehingga nantinya bisa menjadi percontohan bagi daerah-daerah lain.
 Upaya tersebut, tentu saja pantas dicontoh dan diikuti oleh daerah-daerah lain di Jawa Tengah (Jateng). Sebab, sampai sekarang peran perpusdes di daerah jawa tengah kurang optimal. Bukan hanya dari segi kuantitas yang tidak sebanding dengan luas wilayah kerjanya, melainkan juga berkait dengan kualitas dan berbagai sarana penunjangnya.
  
Sementara itu, jika dilihat dari aspek manajemen, perpusdes di sebagian besar wilayah Jateng berkesan kurang profesional bisa dibilang asal-asalan. Sebagai contoh belum dibuatnya klasifikasi buku, referensi induk, sirkulasi peminjaman, dan segi artistik lainnya.
  
Memang, dengan penataan yang masih sederhana saja, sambutan masyarakat terhadap perpusdes cukup positif. Apalagi, kalau dikelola secara baik layaknya perpustakaan di sekolah-sekolah atau perguruan tinggi, tentu semakin banyak masyarakat yang menggunjunginya, khususnya, anak-anak yang sangat menggemari buku-buku pelajaran maupun cerita. 
Tampaknya, segenap pihak, baik pemerintah, perpusda, perangkat desa, maupun masyarakat, perlu mendukung program pemberdayaan perpusdes melalui langkah-langkah strategis.
A.       Perpusda harus mau memperlakukan perpusdes sebagai anak asuh.
Itu artinya, perpusda setiap saat harus mau berkeliling meninjau, memberi motivasi, dan memberi bantuan dari segi peranti lunak maupun peranti keras bagi perpusdes.
B.  Sebagai bapak asuh, perpusda harus mau mengadakan penyuluhan atau berbagai pelatihan bagi para pengelola atau pustakawan perpusdes.
Materi penyuluhan itu salah satunya adalah soal pengelolaan perpustakaan yang baik, benar, dan bisa membangkitkan minat masyarakat untuk mengunjunginya.
C.   Pemerintah daerah (pemda) bersama pemerintah desa harus bekerja sama mencari solusi  bagi keberlangsungan perpusdes.
D.       Pemerintah desa perlu menjalin kerja sama dengan media massa, universitas, atau lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bergerak pada pemberdayaan masyarakat. Misalnya, media massa diberi tempat untuk pencitraan dengan imbal-balik memberikan produknya secara cuma-cuma, yang dipajang sebagai koran dinding atau majalah dinding (mading), dan sebagainya.
Wujud kepedulian dunia kampus atau universitas terhadap perpusdes bisa diwujudkan dengan mengirimkan mahasiswanya untuk studi banding, pelatihan-pelatihan, kegiatan kuliah kerja nyata (KKN), dan bentuk-bentuk kerja sama lainnya. Melalui kerja sama itu, diharapkan perpusdes bisa tetap tegak dan terus berkembang.
E.   Masyarakat desa juga bisa memberi kontribusi, misalnya, dengan menjaga keutuhan perpusdes berupa ruangan, koleksi, sarana, dan prasarananya.
Masyarakat juga harus menciptakan ketertiban, menaati peraturan yang telah ditetapkan oleh pengelola perpusdes, dan menjadikannya sebagai tempat terhormat.

Sudah saatnya, perpusdes dihidupkan dan diberdayakan sebagai sarana mendekatkan masyarakat kepada buku sebagai sumber pengetahuan. Ketika masyarakat akar rumput  sudah dekat dengan buku, maka sudah bisa dipastikan peradaban bangsa ditegakkan, dan masyarakatpun semakin siap menghadapi tantangan globalisasi